Selasa, 28 Juli 2015

think again be a carrier women

"....jika kamu bekerja mati matian untuk perusahaanmu bahkan sampai mati, maka perusahaan hanya berduka sekejap dan kemudian mencari orang lain untuk menggantikan posisi serta tugas tugasmu, dan kemudian kamu pun akan dilupakan, Lalu bagaimana dengan keluarga yang selama ini kamu korbankan demi perusahaanmu....?????"

------------------------------------------------------

Suatu ketika, aku sedang menunggui anakku bermain di alun alun. Disitu aku duduk bersama ibu ibu yang usianya di atas ku. Ibu terlihat cantik, ramah, berpendidikan dan dari pakaiannya terlihat orang yang mampu dalam ekonomi. Kami mulai mengobrol,
Si ibu: "Anaknya gendut ya mba...umur berapa?"
Aku : "3 tahun bu..."
Si ibu : "oooo tapi gede ya bandannya, ini ditinggal kerja apa dimomong sendiri?"
Aku :"saya tinggal kerja bu"
ibu:" kalo ditinggal, di rumah sama mbahe?"
Aku : " enggak bu, saya titipkan ke tetangga dari umur 7 bulan, mbahe sudah meninggal, sejak anak saya umur 2 tahun"
Ibu:"oooo,"

kemudian ibu itu seperti menunjukkan raut prihatin, kemudian kembali bicara
ibu :"dulu saya juga kerja mba, di XXXX" ibu itu menyebutkan suatu perusahaan yang saya juga tau di daerah KarangJati
Ibu:"saya dulu sudah menjadi manager, tapi....."
kemudian ibu itu berhenti bercerita...
aku pun menanyakan : "tapi apa bu?"

ibu itu melanjutkan ceritanya:"saya mengajukan resign ketika anak saya berusia 4 tahun. Saat itu adalah pilihan yang sulit bagi saya, saya baru saja diangkat menjadi manager, karier yang selama ini saya impikan, namun karena saya tidak mendapatkan pengasuh anak yang baik, makanya saya putuskan untuk resign. Padahal waktu itu suami saya juga hanya seorang karyawan seperti saya sebelumnya. bagaimana dengan financial keluarga saya, apakah akan oleng jika saya tidak membantu bekerja, sementara kebutuhan semakin banyak, dan anak saya juga mulai masuk sekolah. Tetapi saya terus berpikir, jika anak saya diasuh oleh orang yang tidak baik, bagaimana tanggung jawab saya kepada Allah, bagaimana masa depan anak saya."

Aku mulai serius mendengarkan cerita ibu itu.

Kemudian ibu itu kembali bercerita:"Ternyata sudah 4 tahun saya melewatkan waktu dengan anak, padahal disitu adalah kebahagiaan saya jauh lebih besar dibanding saya bekerja. dulu sewaktu saya akan resign, bagaimana dengan tugas2 pekerjaan saya. Ah, ternyata itu adalah pikiran berlebihan saya. Dan setelah saya resign, perusahaan juga tidak menghubungi saya lagi, perusahaan sudah menemukan pengganti saya, dan sampai sekarang saya juga sudah seperti dilupakan oleh perusahaan saya, yang dari saya belum menikah saya korbankan waktu istirahat saya, bahkan saya sempat meninggalkan anak saya untuk perjalanan dinas ke luar negeri,. Yah..begitulah mba.... tapi bagaimana dengan keluarga saya, keluarga saya sekarang lebih bahagia karena saya di rumah, meskipun kami hidup sederhana, dan akhirnya saya mulai usaha persewaan mainan ini , Alhamdulillah mba...untungnya bisa buat menyekolahkan anak saya, tahun depan anak saya lulus SMA dan ingin mendaftar di POLRI." begitu ibu itu bercerita tentang pengalamannya.

Bagaimana denganku, aku masih melewatkan waktuku untuk anakku, saat akumenulis di blog ini, anakku berada di rumah bersama bulikku. Aku berdoa semoga ada jalan untuk semua ini dan akupunya keberanian seperti ibu itu memutuskan resign dari pekerjaan dan meluangkan waktu untuk anak, karena bagaimana pun juga anak adalah segala galanya bagi orangtuanya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar